postingan manteb
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
pembahasan dilalah di dalam kitab iydhahul mubham (MANTHIQ)
BISMILLAH....
PERMASLAHAN DILALAH
PERMASLAHAN DILALAH
Apa itu dilalah? ( dal & madlul )
Oleh : muhammad thohir bin muhammad bakry L.C.
sumatra , pematang siantar 4 agustus 2017
sumatra , pematang siantar 4 agustus 2017
Dilalah ialah memahami suatu perkara apa saja dengan
sesuatu yg lain,
Seperti memahami berhenti dengan ada nya lampu merah,
Dilalah ialah gabungan dari daal dan madlul,
Dal itu lampu merah
(dal ialah sesuatu yg menunjuki tergantung apa yg dia
tunjuki bisa apa aja,
sedangkan madlul ialah sesuatu yg di tunjuki atau tempat
tunjukan si dall tadi, ada dal ada madlul maka dinamakan dilalah, seperti ada
pembunuh ada korban, maka dinamakan pembunuhan)
dilalah tidak terbagi bagi, sama hal nya seperti
pembunuhan tidak terbagi bagi, ketika ada pembunuh membunuh seseorang dengan
cara menembak mati maka nama nya masih tetap pembunuhan, begitu juga jika ada
seseorang membunuh dengan cara menikam korban nya dengan garpu juga masih di
namakan pembunuhan, bagaimana pun cara pelaku membunuh apapun benda yg
digunakan nya masih dikatakan pembunuhan tidak merubah apapun! Tapi dilihat
dari cara seeorang tersebut membunuh maka pembunuhan terbagi bagi menjadi
beberapa jenis, bukan di lihat dari pembunuhan tapi dilihat dari cara sesorang
membunuh seseorang!! Cara seseorang membunuh seseorang!
Dilalah lafzhiyah
/ dal yg pakai suara
Begitupun dilalah dilihat dari cara dall tersebut
menunjukan kepada apa yg di tunjuki maka dilalah terbagi dua jadinya : yg
pertama ada dall menunjuki kepada madlul dengan memakai lafaz maka dinamakan
dilalah lafziyah! Seperti dall ‘ tolong!! Tolong !! tolong !! ‘ yg membawaki
petunjuk atau madlul nya ‘ ada manusia minta tolong ‘ walaupun manusia itu
tidak bilang minta tolong, dilihat dari
dal nya itu menggunakan suara maka dal itu dinamakan dilalah lafziyah.
Dilalah ghairu
lafzhiyah / dal yg gak pakai suara
Dal yg menunjuki kepada madlul / tempat yg di tunjuki
tidak memakai sura dinamakan dilalah ghairu lafzhy,
seperti merah nya muka manusia ketika ketahuan mencuri,
-muka merah dinamakan dal
dan tidak bersuara,
-malu karena mencuri
dinamakan madlul,
maka yg seperti ini dinamakan dilalah ghairu lafzhy,
jadi kesimpulan nya dilalah ialah ketika ada nya dal yg
menunjuki kepada sesuatu, dan ada nya madlul tempat yg menjadi sasaran tunjukan
dari pada dal.
Dilihat dari dal nya maka dilalah terbagi menjadi dua :
Dilalah lafzhy (pakai sura)
Dilalah ghairu lafzhy (tidak pakai suara)
Dan masing masing : Dilalah lafzhy (pakai sura)
& Dilalah ghairu lafzhy (tidak pakai
suara) itu terbagi kepada 3 :
Wadh’iyah
Thab’iyah
‘aqliyah
Sekarang kita
bahas dilalah lafzhy wadh’iyah,
Whad’iyah ialah suatu dilalah yg sudah di tetapkan
ketentuanya, seperti kata kata singa yg
sudah ditetapkan madlul nya ialah seeokor binatang buas.
Dilalah lafzhy
thabiyah
Dilalah thabiyah
ialah suara yg memang keluar ketika kita manusia merasakan hal hal
tertentu, disaat saat tertentu suara itu akan keluar dengan sendiri nya atau
secara tabiaat kita manusia, seperti jikalau kita memukul kaki sendiri dengan
martel pastu suara itu keluar! Suara yg keluar di saat kita memukulkan martel
kekaki kita sendiri itu dinamakan dilalah thabiyah, gak percaya buktikan
sendiri!!
Kalau di binatang menggonggong, menggonggong ialah
dilalah thabiyah!
Dilalah lafzhy ‘aqliyah
Iyalah dilalah yg bersifat pemikiran, maksud nya setelah
mendengar suara, seperti jika kalian berada di kamar dan dari disebelah kamar
kalian terdengar suara samar samar dari banyak manusia, maka kalian fahami
bahwasanya di samping kamar kalian ada beberapa orang,
Masuk ke
pembahasan dilalah ghairu lafzhy.
Dilalah ghairu lafzhy wadh’iyah.
Dilalah wad’iyah seperti dal menggeleng geleng kan kepala yg madlul nya tidak,
Dilalah ini tidak memakai suara tapi kita bisa memahami
menggeleng gelengkan kepala ialah suatu ketentuan yg sudah ditetapkan yg
memiliki pemahaman tidak.
Dilalah ghairu
lafzhy thabiyah
Seperti dal merah nya muka manusia ketika ketahuan
mencuri,
-muka merah dinamakan dal
dan tidak bersuara,
-malu karena mencuri
dinamakan madlul,
maka yg seperti ini dinamakan dilalah ghairu lafzhy
thabiyah, tabi’at dari manusia jika malu dikarenakan apa saja wajah nya merah
dll.
Dilalah ghairu
lafzhy ‘aqliyah
Seperti ada nya rumah menunjukan kepada ada yg membangun
rumah tersebut,
Rumah yg sudah ada itu namanya dal,
Orang yg membangun rumah tersebut di namakan madlul,
Rumah menunjuki kepada ada nya tukang itu dinamakan
mdilalah.
Dan nanti nya di ‘ilmu manthiq yg di pakai hanya DILALAH LAFZHY WADH’IYAH.
Dan DILALAH LAFZHY WADH’IYAH
terbagi menjadi 3 pembahagian, 3 pembahagian ini dilihat bukan dari dal nya,
melainkan dilihat dari segi ma’na nya.
1- DILALAH LAFZHY
WADH’IYAH MUTHABAQIYAH
2- DILALAH LAFZHY
WADH’IYAH TADHAMUNIYAH
3- DILALAH LAFZHY
WADH’IYAH ILTIZAMIYAH
APA itu dilalah muthabaqiyah?
Dilalah muthabaqiyah ialah dilalah yg pengertian nya 100%
pengertian dal dan madlul 100%,
maksud nya kita memahami dari lafaz asad apa?
Apa yg kita fahami dari asad
Kalimat asad atau
singa adalah dal, Kita fahami bahwa asad atau singa menunjuki kepada hewan
buas!, hewan buas adalah madlul, asad yg dal menunjuki kepada madlul yg hewan
buas, jika kenyataan nya lafaz asad yg menunjuki kepada madlul yg hewan buas
cocok 100% maka inilah yg dinamakan dilalah lafzhy wadiyah.
Asad/singa menunjuki kepada hewan buas ini dinamakan 100%
cocok.
Dilalah lafzhy wadiyah
tadhamuniyah
Dilalah ini dilalah yg dal nya menunjuki kepada madlul
nya hanya sebahagian saja tidak 100%,
perlu di ingat perbedaan antara sebahagian dan setengah,
klo sebahagian misal nya di dalam rumah ada 10 org, 1 org sakit maka sah sah
saja kita bilang sebahagian org di dalam rumah itu sakit, jika didalam rumah
ada 10 0rang dan 9 org sakit maka sah sah saja
kita bilang sebagian orang didalam rumah itu sakit, jika di dalam rumah
ada 10 orang dan 5 orang sakit maka sah sah saja kita katakan di dalam rumah
itu sebahagian orang nya sakit, inilah pemahaman sebahagian,
pemahaman setengah
jika di dalam sebuah rumah ada 10 orag maka yg sakit 5 yg sehat tidak maka sah
sah saja kita katkan setengah org didlalm rumah itu sakit, jika di dlam rumah
ada 10 orang dan yg sakit 7 atau 3 atai 1 maka tidak sah kita katakan setengah
orang dirumah itu sakit.
Dilallah tadhamuniyah ialah suatu pengertian yg kita
ambil dari dal dan madlul,
tapi sayang nya dal tersebut hanya menunjuki kepada
sebagian pemahaman madlul,
seperti pemahaman insan yg hanya menunjuki kepada
bahagian dari pada ma’na insan,
misal nya... ini
hanya contoh saja, misal nya lafadz insan yg posisi nya sebagai
dal/petunjuk Cuma hanya mampu menunjuki kepada hewan saja atau hanya kepada
nathiq saja,
karena pada kebenaranya / kenyataan nya kata kata insan
dal menunjuki kepada hewan nathiq sebagai madlul
insan menunjuki kepada nathiq saja yg seharus nya menunjuki kepada hewan nathiq ini dinamakan dilalah
lafzhy wad’iyah tadhamuniyah
semoga faham.
Dilalah lafzhy wadiyah iltizamiyah
pengetian
yg kita fahami dari dal yg menunjuki kepada madlul yg menggunakan pemahaman di
luar lafaz,
tapi
pemahaman yg kita dapat dari dal & madlul yg pemahaman nya tersebut keluar
dari pemahaman asli nya, pemahaman
tersebut tidak bisa di hilangkan dari dzat pemahaman madlul,
seperti
kata kata cabai, kata cabai adalah dal dan madlul nya seharus nya buah berwarna
merah.
Tapi
ketika kata kata cabai madlul nya kita buat kata kata pedas,
maka
jadilah cabai sebagai dal yg menunjuki kepada madlul pedas, yg pedas itu bukan
pemahaman sesungguh nya , akan tetapi pedas ada lah suatu pemahaman yg lahir
dari cabai dan tak bisa dipisahkan dri si cabai, yg sepertiini dinamakan
dilalah iltizamiyah,
sama
juga seperti garam yg sebagai dal menunjuki kepada madlul asin, karna garam
bukan asin, tapi asin ialah suatu pemahaman yg gak bisa lepas dari garam.
Klo gak faham tanya ma thr
org nya masih hidup.
DILALAH LAFZHY WADIYAH
ILTIZAMIYAH TERBAGI LAGI MENJADI 3 BAHAGIAN :
1 – iltizamiyah fil zihni wa
iltizamiyah fil khariz
Disini
yg menjadi patokan kita tentang ma’na yg tidak bisa di pisahkan dari suatu
benda / dzat ,
Maksud
nya seperti kata kata cabai menunjuki
kepada buah merah ini adalah ma’na sebenar nya,
Adapun
ma’na yg keluar dari cabai atau pemahaman diluar dari cabai ialah pedas, pedas
ini klo kita gunakan untuk arti atau pemahaman dari kata kata cabai maka cabai
menunjukan kepada pedas ini di namakan dilalah lafzhy wadiyah iltizamiyah,
Sekarang
yg menjadi sorotan kita kata kata pedas yg memiliki pengertian pedas tersebut,
pedas
ialah suatu pengertian yg pasti ada pada cabai walaupun diluar pemahaman haqiqi
dari pada cabai! Di kenyataan nya cabai tidak bisa berpisah dengan pedas!!
Membuat cabai dengan pemahaman pedas ini namanya kita buat pengertian cabai
dengan pengertian yg bukan sesungguh nya
melainkan menggunakan pengertian yg lazim/sesuatu yg mesti ada pada cabai
tersebut.
Di
aqal kita atau zihin kita mengatakan harus nya cabai itu pedas! Dan di
kenyataan juga mengatakan cabai itu pedas! Ber arti cabai memiliki pengertian
lazim dan lazim tersebut kita jumpai di aqal/zihin kita dan juga di kharij
yaitu kenyataan nya, yg seperti ini dinamakan lazim fi zihni / aqal dan juga lazim
fil kharij / lazim di kenyataan, kelaziman seperti ini dinamakan iltizamiyah fil zihni wa iltizamiyah fil
khariz,
Iltizamiyah fil zihni.
Setiap
manusia punya mata, dan setiap yg punya mata pasti bisa melihat / punya
penglihatan! Tapi nyata nya orang buta yg punya mata tidak dapat melihat!
Yg
seperti ini dinamakan ma’na lazim fil zihni saja, kenapa? Karena kata kata
setiap yg punya mata bisa melihat dan nyata nya yg buta juga punya mata dan tak
dapat melihat, berarti menyimpulkan
bahwa ma’na lazim bisa melihat hanya lazim di aqal/zihin saja tidak di
kharij/kenyataan nya,
Dan
kenapa mata apa bila kita gunakan pengertian nya ‘bisa melihat,’ menjadi
wadiyah yg iltizamiyah?
Karena
pengertian haqiqi dari mata bukan bisa melihat,
tetapi
mata,
kita
artikan dengan bisa melihat ini nama nya kita menggunakan ma’na lazim dari pada
mata, untuk mata, bukan menggunakan ma’na haqiqi dari pada mata tersebut, untuk
mata.
‘aqal
kita mengatakan setiap org punya mata bisa melihat dan kenyataan nya org buta
tidak bisa melihat walaupun punya mata, ini lah yg dinamakan lazim fil zihni
saja / didalam aqal saja, atau suatu pengertian yg lazim pada suatu dzat tapi
kelaziman tersebut hanya kita perdapati hanya di ‘aqal / zihin saja,
Iltizamiyah fil kharij.
Iltizam fil khariz ialah memberi pengertian suatu lafaz
dengan pengertian lazim, pengertian ma’na
lazim ialah seperti kita katakan cabai itu pedas, pengertian dari pada
cabai bukan lah cabai itu pedas, tetapi pedas adalah ma’na/pengertian yg
lazim/mesti yg ada pada cabai,
Seperti kita katakan BURUNG GAGAK LAZIMLAH PUTIH, tapi
kenyataan nya kita tidak menjumpai se ekorpun burung gagak yg putih di dunia
ini, lazim/mesti nya burun gagak putih hanya kita jumpai di aqal saja tidak di
kharij/kenyataan nya, inilah yg dinamakan dilalah lafzhiyah wadhiyah
iltazamiyah fil zihni faqat.
Setiap benda atau dzat apa saja pasti punya ma’na lazim
atau sesuatu pemahaman yg pemahaman itu bukanlah termasuk dari pada pemahaman
dzat tersebut tetapi tidak dapat dipisahkan! Dari benda ataupun dzat tersebut,
Seperti cabai ma’na lazi nya pedas
Seperti gula ma’na lazim nya manis
Seperti garam ma’na lazim nya bisa melihat
Seperti api ma’na lazim nya panas,
Kalau ma’na lazim kita perdapati di ‘aqal/zihin dan kharij/kenyataan
maka di namai iltizam fil zihni wa fil kharij.
Kalau ma’na lazim/mesti pada suatu benda/dzat hanya kita
jumpai di aqal/zihin saja maka dinamai iltizam fil zihni saja.
Kalau ma’na lazim/mesti pada suatu benda/dzat hanya kita
jumpai di kenyataan/kharij saja maka dinamai iltizam fil kharij saja.
Bagaimana sih yg dinamakan, bagaimana sih cara mengetahui
nya ...
“oh itu ma’na
lazim nya hanya fil zihni saja” kalau yg itu ‘ lazim fil kharij saja’ seperti
pedas yg lazim/mesti pada cabai, kira kira apakah otak kita akan melawan kalau
seseorg mengatakan ‘ cabai itu mesti/lazim pedas’ tentu tidak, yg seperti ini
dinamakan lazim fil zihni, dan di kenyataan nya memng iya ! bisa di buktikan
silahkan makan itu cabai!
Jika ada cabai yg tidak pedas maka cabai itu dinamakan
lazim fil zihni saja tidak di kharij, keneapa?
Karena kemestian pedas hanya kita jumpai di aqal saja
tidak di kenyataan, seperti api yg membakar nabi ibrahim a.s. api itu panas nya
hanya di lazim fil zihni saja tidak di kenyataan nya!
Catatan : Setiap di dilalah iltizamiyah pasti / lazim
akan di jumpai juga dilalah muthabaqiyah, karena dilalah iltizamiyah lazim ada
nya muthabaqiyah,,
Dan di setiap dilalah tadhamuniyah pasti / lazim di jumpai juga dilalah muthabaqiyah karena
dilalah tadhamuniyah lazim ada nya muthabaqiyah,,
, tapi tidak dengan dilalah muthabaqiyah, dia bisa
sendiri tanpa ada nya dilalah thadamuniyah
& dilalah iltizamiyah.
Iltizamiyah bisa bersatu dengan thadamuniyah kalau ada lafaz yg ma’na nya murakab dan
ada lafazh yg ma’na nya memiliki kelaziman, maka berkumpul lah kedua dilalalah
tersebut yaitu Iltizamiyah dan thadamuniyah,
Dilalah muthabaqah juga pasrti ada, karena kedua dilalah
thadamuniyah dan iltizamiyah tidak bisa melepaskan muthabaqiyah, sedangkan
dilalah muthabaqiyah tak membutuhkan kedunya.
Dilalah muthabaqiyah dia berada pada lafzh lafazh yg
memiliki pengertian lazim, seperti cabai yg memiliki kelaziman pedas,
Sedangkan dilalah tadhamuniyah berjalan di atas lafazh
lafazh yg memiliki ma’na murakab, seperti insan yg memiliki ma’na “ hewan
nathiq,
Jika ada lafazh yg memiliki ma’na murakab dan memiliki ma’na
lazim maka kedua dilalah tersebut berkumpul pada satu lafahz.
Selesa!
Terimakasih
Wassalam.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Populer
syarat tanaqudh beserta contoh nya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
permasalahan jinsi, fashal, 'am, khas, nau, kulli dzati, kulli 'aradhi. (pelajaran mantiq di dalam kitab idhahul mubham)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar