Langsung ke konten utama

postingan manteb

Logo pondok pesantren darussalam kotamadya pematang siantar martoba kotamadya pematang siantar sumatera utara indonesia 21137

pembahasan dilalah di dalam kitab iydhahul mubham (MANTHIQ)

BISMILLAH....
PERMASLAHAN DILALAH

Apa itu dilalah? ( dal & madlul )

Oleh : muhammad thohir bin muhammad bakry L.C.
sumatra , pematang siantar 4 agustus 2017


Dilalah ialah memahami suatu perkara apa saja dengan sesuatu yg lain,
Seperti memahami berhenti dengan ada nya lampu merah,
Dilalah ialah gabungan dari daal dan madlul,
Dal itu lampu merah

(dal ialah sesuatu yg menunjuki tergantung apa yg dia tunjuki bisa apa aja,
sedangkan madlul ialah sesuatu yg di tunjuki atau tempat tunjukan si dall tadi, ada dal ada madlul maka dinamakan dilalah, seperti ada pembunuh ada korban, maka dinamakan pembunuhan)

dilalah tidak terbagi bagi, sama hal nya seperti pembunuhan tidak terbagi bagi, ketika ada pembunuh membunuh seseorang dengan cara menembak mati maka nama nya masih tetap pembunuhan, begitu juga jika ada seseorang membunuh dengan cara menikam korban nya dengan garpu juga masih di namakan pembunuhan, bagaimana pun cara pelaku membunuh apapun benda yg digunakan nya masih dikatakan pembunuhan tidak merubah apapun! Tapi dilihat dari cara seeorang tersebut membunuh maka pembunuhan terbagi bagi menjadi beberapa jenis, bukan di lihat dari pembunuhan tapi dilihat dari cara sesorang membunuh seseorang!! Cara seseorang membunuh seseorang!

Dilalah lafzhiyah / dal yg pakai suara
Begitupun dilalah dilihat dari cara dall tersebut menunjukan kepada apa yg di tunjuki maka dilalah terbagi dua jadinya : yg pertama ada dall menunjuki kepada madlul dengan memakai lafaz maka dinamakan dilalah lafziyah! Seperti dall ‘ tolong!! Tolong !! tolong !! ‘ yg membawaki petunjuk atau madlul nya ‘ ada manusia minta tolong ‘ walaupun manusia itu tidak bilang minta tolong, dilihat  dari dal nya itu menggunakan suara maka dal itu dinamakan dilalah lafziyah.

Dilalah ghairu lafzhiyah / dal yg gak pakai suara

Dal yg menunjuki kepada madlul / tempat yg di tunjuki tidak memakai sura dinamakan dilalah ghairu lafzhy,
seperti merah nya muka manusia ketika ketahuan mencuri,
-muka merah dinamakan dal dan tidak bersuara,
-malu karena mencuri dinamakan madlul,
maka yg seperti ini dinamakan dilalah ghairu lafzhy,

jadi kesimpulan nya dilalah ialah ketika ada nya dal yg menunjuki kepada sesuatu, dan ada nya madlul tempat yg menjadi sasaran tunjukan dari pada dal.
Dilihat dari dal nya maka dilalah terbagi menjadi dua : Dilalah lafzhy (pakai sura)
                                                                                                  Dilalah ghairu lafzhy (tidak pakai suara)

Dan masing masing : Dilalah lafzhy (pakai sura) &  Dilalah ghairu lafzhy (tidak pakai suara) itu terbagi kepada 3 :
Wadh’iyah
Thab’iyah
‘aqliyah

Sekarang kita bahas dilalah lafzhy wadh’iyah,
Whad’iyah ialah suatu dilalah yg sudah di tetapkan ketentuanya,  seperti kata kata singa yg sudah ditetapkan madlul nya ialah seeokor binatang buas.
Dilalah lafzhy thabiyah
Dilalah thabiyah  ialah suara yg memang keluar ketika kita manusia merasakan hal hal tertentu, disaat saat tertentu suara itu akan keluar dengan sendiri nya atau secara tabiaat kita manusia, seperti jikalau kita memukul kaki sendiri dengan martel pastu suara itu keluar! Suara yg keluar di saat kita memukulkan martel kekaki kita sendiri itu dinamakan dilalah thabiyah, gak percaya buktikan sendiri!!
Kalau di binatang menggonggong, menggonggong ialah dilalah thabiyah!

Dilalah lafzhy ‘aqliyah
Iyalah dilalah yg bersifat pemikiran, maksud nya setelah mendengar suara, seperti jika kalian berada di kamar dan dari disebelah kamar kalian terdengar suara samar samar dari banyak manusia, maka kalian fahami bahwasanya di samping kamar kalian ada beberapa orang,

Masuk ke pembahasan dilalah ghairu lafzhy.

Dilalah ghairu lafzhy wadh’iyah.
Dilalah wad’iyah seperti dal menggeleng geleng kan kepala yg madlul nya tidak,
Dilalah ini tidak memakai suara tapi kita bisa memahami menggeleng gelengkan kepala ialah suatu ketentuan yg sudah ditetapkan yg memiliki pemahaman tidak.

Dilalah ghairu lafzhy thabiyah
Seperti dal merah nya muka manusia ketika ketahuan mencuri,
-muka merah dinamakan dal dan tidak bersuara,
-malu karena mencuri dinamakan madlul,
maka yg seperti ini dinamakan dilalah ghairu lafzhy thabiyah, tabi’at dari manusia jika malu dikarenakan apa saja wajah nya merah dll.


Dilalah ghairu lafzhy ‘aqliyah
Seperti ada nya rumah menunjukan kepada ada yg membangun rumah tersebut,
Rumah yg sudah ada itu namanya dal,
Orang yg membangun rumah tersebut di namakan madlul,
Rumah menunjuki kepada ada nya tukang itu dinamakan mdilalah.

Dan nanti nya di ‘ilmu manthiq yg di pakai hanya DILALAH LAFZHY WADH’IYAH.

Dan DILALAH LAFZHY WADH’IYAH terbagi menjadi 3 pembahagian, 3 pembahagian ini dilihat bukan dari dal nya, melainkan dilihat dari segi ma’na nya.

1- DILALAH LAFZHY WADH’IYAH MUTHABAQIYAH
2- DILALAH LAFZHY WADH’IYAH TADHAMUNIYAH
3- DILALAH LAFZHY WADH’IYAH ILTIZAMIYAH

APA itu dilalah muthabaqiyah?

Dilalah muthabaqiyah ialah dilalah yg pengertian nya 100% pengertian dal dan madlul 100%,
maksud nya kita memahami  dari lafaz asad apa?
Apa yg kita fahami dari asad
 Kalimat asad atau singa adalah dal, Kita fahami bahwa asad atau singa menunjuki kepada hewan buas!, hewan buas adalah madlul, asad yg dal menunjuki kepada madlul yg hewan buas, jika kenyataan nya lafaz asad yg menunjuki kepada madlul yg hewan buas cocok 100% maka inilah yg dinamakan dilalah lafzhy wadiyah.
Asad/singa menunjuki kepada hewan buas ini dinamakan 100% cocok.





Dilalah lafzhy wadiyah tadhamuniyah
Dilalah ini dilalah yg dal nya menunjuki kepada madlul nya hanya sebahagian saja tidak 100%,

perlu di ingat perbedaan antara sebahagian dan setengah, klo sebahagian misal nya di dalam rumah ada 10 org, 1 org sakit maka sah sah saja kita bilang sebahagian org di dalam rumah itu sakit, jika didalam rumah ada 10 0rang dan 9 org sakit maka sah sah saja  kita bilang sebagian orang didalam rumah itu sakit, jika di dalam rumah ada 10 orang dan 5 orang sakit maka sah sah saja kita katakan di dalam rumah itu sebahagian orang nya sakit, inilah pemahaman sebahagian,

 pemahaman setengah jika di dalam sebuah rumah ada 10 orag maka yg sakit 5 yg sehat tidak maka sah sah saja kita katkan setengah org didlalm rumah itu sakit, jika di dlam rumah ada 10 orang dan yg sakit 7 atau 3 atai 1 maka tidak sah kita katakan setengah orang dirumah itu sakit.

Dilallah tadhamuniyah ialah suatu pengertian yg kita ambil dari dal dan madlul,
tapi sayang nya dal tersebut hanya menunjuki kepada sebagian pemahaman madlul,
seperti pemahaman insan yg hanya menunjuki kepada bahagian dari pada ma’na insan,

misal nya... ini hanya contoh saja, misal nya lafadz insan yg posisi nya sebagai dal/petunjuk Cuma hanya mampu menunjuki kepada hewan saja atau hanya kepada nathiq saja,
karena pada kebenaranya / kenyataan nya kata kata insan dal menunjuki kepada hewan nathiq sebagai madlul
 insan menunjuki kepada nathiq saja yg seharus nya menunjuki kepada hewan nathiq ini dinamakan dilalah lafzhy wad’iyah tadhamuniyah

 semoga faham.



Dilalah lafzhy wadiyah iltizamiyah
pengetian yg kita fahami dari dal yg menunjuki kepada madlul yg menggunakan pemahaman di luar lafaz,
tapi pemahaman yg kita dapat dari dal & madlul yg pemahaman nya tersebut keluar dari pemahaman asli nya,  pemahaman tersebut tidak bisa di hilangkan dari dzat pemahaman madlul,

seperti kata kata cabai, kata cabai adalah dal dan madlul nya seharus nya buah berwarna merah.
Tapi ketika kata kata cabai madlul nya kita buat kata kata pedas,
maka jadilah cabai sebagai dal yg menunjuki kepada madlul pedas, yg pedas itu bukan pemahaman sesungguh nya , akan tetapi pedas ada lah suatu pemahaman yg lahir dari cabai dan tak bisa dipisahkan dri si cabai, yg sepertiini dinamakan dilalah iltizamiyah,

sama juga seperti garam yg sebagai dal menunjuki kepada madlul asin, karna garam bukan asin, tapi asin ialah suatu pemahaman yg gak bisa lepas dari garam.

Klo gak faham tanya ma thr org nya masih hidup.

DILALAH LAFZHY WADIYAH ILTIZAMIYAH TERBAGI LAGI MENJADI 3 BAHAGIAN :

1 – iltizamiyah fil zihni wa iltizamiyah fil khariz
Disini yg menjadi patokan kita tentang ma’na yg tidak bisa di pisahkan dari suatu benda / dzat ,
Maksud nya seperti  kata kata cabai menunjuki kepada buah merah ini adalah ma’na sebenar nya,
Adapun ma’na yg keluar dari cabai atau pemahaman diluar dari cabai ialah pedas, pedas ini klo kita gunakan untuk arti atau pemahaman dari kata kata cabai maka cabai menunjukan kepada pedas ini di namakan dilalah lafzhy wadiyah iltizamiyah,
Sekarang yg menjadi sorotan kita kata kata pedas yg memiliki pengertian pedas tersebut,
pedas ialah suatu pengertian yg pasti ada pada cabai walaupun diluar pemahaman haqiqi dari pada cabai! Di kenyataan nya cabai tidak bisa berpisah dengan pedas!! Membuat cabai dengan pemahaman pedas ini namanya kita buat pengertian cabai dengan pengertian  yg bukan sesungguh nya melainkan menggunakan pengertian yg lazim/sesuatu yg mesti ada pada cabai tersebut.

Di aqal kita atau zihin kita mengatakan harus nya cabai itu pedas! Dan di kenyataan juga mengatakan cabai itu pedas! Ber arti cabai memiliki pengertian lazim dan lazim tersebut kita jumpai di aqal/zihin kita dan juga di kharij yaitu kenyataan nya, yg seperti ini dinamakan lazim fi zihni / aqal dan juga lazim fil kharij / lazim di kenyataan, kelaziman seperti ini dinamakan iltizamiyah fil zihni wa iltizamiyah fil khariz,

Iltizamiyah fil zihni.

Setiap manusia punya mata, dan setiap yg punya mata pasti bisa melihat  /  punya penglihatan! Tapi nyata nya orang buta yg punya mata tidak dapat melihat!

Yg seperti ini dinamakan ma’na lazim fil zihni saja, kenapa? Karena kata kata setiap yg punya mata bisa melihat dan nyata nya yg buta juga punya mata dan tak dapat melihat, berarti menyimpulkan bahwa ma’na lazim bisa melihat hanya lazim di aqal/zihin saja tidak di kharij/kenyataan nya,

Dan kenapa mata apa bila kita gunakan pengertian nya ‘bisa melihat,’ menjadi wadiyah yg iltizamiyah?
Karena pengertian haqiqi dari mata bukan bisa melihat,
tetapi mata,
kita artikan dengan bisa melihat ini nama nya kita menggunakan ma’na lazim dari pada mata, untuk mata, bukan menggunakan ma’na haqiqi dari pada mata tersebut, untuk mata.

‘aqal kita mengatakan setiap org punya mata bisa melihat dan kenyataan nya org buta tidak bisa melihat walaupun punya mata, ini lah yg dinamakan lazim fil zihni saja / didalam aqal saja, atau suatu pengertian yg lazim pada suatu dzat tapi kelaziman tersebut hanya kita perdapati hanya di ‘aqal / zihin saja,

Iltizamiyah fil kharij.

Iltizam fil khariz ialah memberi pengertian suatu lafaz dengan pengertian lazim, pengertian ma’na  lazim ialah seperti kita katakan cabai itu pedas, pengertian dari pada cabai bukan lah cabai itu pedas, tetapi pedas adalah ma’na/pengertian yg lazim/mesti yg ada pada cabai,

Seperti kita katakan BURUNG GAGAK LAZIMLAH PUTIH, tapi kenyataan nya kita tidak menjumpai se ekorpun burung gagak yg putih di dunia ini, lazim/mesti nya burun gagak putih hanya kita jumpai di aqal saja tidak di kharij/kenyataan nya, inilah yg dinamakan dilalah lafzhiyah wadhiyah iltazamiyah fil zihni faqat.

Setiap benda atau dzat apa saja pasti punya ma’na lazim atau sesuatu pemahaman yg pemahaman itu bukanlah termasuk dari pada pemahaman dzat tersebut tetapi tidak dapat dipisahkan! Dari benda ataupun dzat tersebut,
Seperti cabai ma’na lazi nya pedas
Seperti gula ma’na lazim nya manis
Seperti garam ma’na lazim nya bisa melihat
Seperti api ma’na lazim nya panas,

Kalau ma’na lazim kita perdapati di ‘aqal/zihin dan kharij/kenyataan maka di namai iltizam fil zihni wa fil kharij.
Kalau ma’na lazim/mesti pada suatu benda/dzat hanya kita jumpai di aqal/zihin saja maka dinamai iltizam fil zihni saja.
Kalau ma’na lazim/mesti pada suatu benda/dzat hanya kita jumpai di kenyataan/kharij saja maka dinamai iltizam fil kharij saja.

Bagaimana sih yg dinamakan, bagaimana sih cara mengetahui nya ...
 “oh itu ma’na lazim nya hanya fil zihni saja” kalau yg itu ‘ lazim fil kharij saja’ seperti pedas yg lazim/mesti pada cabai, kira kira apakah otak kita akan melawan kalau seseorg mengatakan ‘ cabai itu mesti/lazim pedas’ tentu tidak, yg seperti ini dinamakan lazim fil zihni, dan di kenyataan nya memng iya ! bisa di buktikan silahkan makan itu cabai!

Jika ada cabai yg tidak pedas maka cabai itu dinamakan lazim fil zihni saja tidak di kharij, keneapa?
Karena kemestian pedas hanya kita jumpai di aqal saja tidak di kenyataan, seperti api yg membakar nabi ibrahim a.s. api itu panas nya hanya di lazim fil zihni saja tidak di kenyataan nya!

Catatan : Setiap di dilalah iltizamiyah pasti / lazim akan di jumpai juga dilalah muthabaqiyah, karena dilalah iltizamiyah lazim ada nya muthabaqiyah,,
Dan di setiap dilalah tadhamuniyah pasti  / lazim di jumpai juga dilalah muthabaqiyah karena dilalah tadhamuniyah lazim ada nya muthabaqiyah,,
, tapi tidak dengan dilalah muthabaqiyah, dia bisa sendiri tanpa ada nya dilalah thadamuniyah  & dilalah iltizamiyah.

Iltizamiyah bisa bersatu dengan thadamuniyah kalau ada lafaz yg ma’na nya murakab dan ada lafazh yg ma’na nya memiliki kelaziman, maka berkumpul lah kedua dilalalah tersebut yaitu Iltizamiyah dan  thadamuniyah,
Dilalah muthabaqah juga pasrti ada, karena kedua dilalah thadamuniyah dan iltizamiyah tidak bisa melepaskan muthabaqiyah, sedangkan dilalah muthabaqiyah tak membutuhkan kedunya.

Dilalah muthabaqiyah dia berada pada lafzh lafazh yg memiliki pengertian lazim, seperti cabai yg memiliki kelaziman pedas,
Sedangkan dilalah tadhamuniyah berjalan di atas lafazh lafazh yg memiliki ma’na murakab, seperti insan yg memiliki ma’na “ hewan nathiq,

Jika ada lafazh yg memiliki ma’na murakab dan memiliki ma’na lazim maka kedua dilalah tersebut berkumpul pada satu lafahz.

Selesa!
Terimakasih

Wassalam.


jika ada pertanyaan silahkan masuk ke groups : 
https://www.facebook.com/groups/debat.nahwu.shorof
atau kesini : https://www.facebook.com/muhammadthahirII
atau kesini : https://www.facebook.com/K.H.MUHAMMAD.BAKRY.LC
atau kesini  https://www.facebook.com/Pesantren.Darussalam.Pematang.Siantar.Sumut







Komentar

Postingan Populer