Langsung ke konten utama

postingan manteb

Logo pondok pesantren darussalam kotamadya pematang siantar martoba kotamadya pematang siantar sumatera utara indonesia 21137

pembahasan tentang manthiq di ambil dari idhahul mubham maslah 'ilmu

BISMILLAH......
KESIMPULAN PEMAHAMAN KITAB IYDHAHUL MUBHAM




Oleh : muhammad thohir bin muhammad bakry L.C.


Pembahasan ‘ILMU

‘ilmu terbagi dua dua : i’lmu qadiim & ‘ilmu hadiist.

Apa itu ‘ilmu qadim?

‘ilmu qadim ialah : suatu ‘ilmu yg adanya ‘ilmu tersebut tidak dimulai dengan tiada,  bahwa keberadaan nya bukan di dahului dengan ketiadaan, karena ‘ilmu qadim milik nya allah subhana wata’aal.

Apa itu ‘ilmu hadiist?
‘ilmu hadist ialah : suatu pemahaman yg di anugrahkan kepada mahkluq dan keberadaanya di awali dengan tiada.

Pembahasan tentang ‘ilmu.
Apa itu ilmu?
‘ilmu ialah : mengetahui sesuatu yg sudah diketahui, seperti kita mengetahui apa itu sendal.
Ilmu yg di bahas disini ialah ‘ilmu haadist, bukan ‘ilmu qadiim.
‘ilmu terbagi dua : ada ‘ilmu tashawur ada ‘ilmu tashdiq.
Dan masing masing dari ‘ilmu tashawur dan tashdiq terbagi menjadi dua,

Yaitu : ‘ilmu tashawur dharury
            ‘ilmu tshawur nazhary
            ‘ilmu tashdiq dharury
            ‘ilmu tashdiq nazhary

Apa itu tashawur ?

Tashawur ialah mengidrak pengertian,

Apa itu mengidrak?

Mengidrak ialah : memperdapatkan atau memikir kan atau mendapatkan pengertian dengan cara berfikir,
Kalau kita memikirkan sesuatu dan yg kita fikirkan itu mufrad, maksud nya yg kita fikirkan mufrad ialah kita memikirkan pengertian si zaid, itu nama nya tashawur
 Mengidrak zaid, itu namanya memikirkan tentang pengertian zaid,
Tashawur ialah bahgian dari ‘ilmu.
Intinya tashawur ialah memikirkan / menggambarkan pemahaman di dalam kepala kita tentang satu lafaz mufrad (mufrad disini maksud nya yg lawanya murakab).
Seperti memikirkan bagai mana berdiri, kita fikirkan dan kita fahami berdiri itu seperti apa dan bagaimana itu di namakan tashawur.

Tashdiq, apa itu tashdiq dan bagaimana pemahaman nya?
Tashdiq sama juga dengan tashawur, kesamaan nya di segi sama sama mengidrak, perbedaan antara tashawur dan tashdiq, kalau tashawur mengidrak pemahaman mufrad dari suatu lafaz, maka tasdhiq mengidrak pemahaman murakab dari suatu lafaz.
Tasdiq ialah memahami/mengerti/mengidrak/mendapat gambaran dikepala kita pada lafaz murakab.
Dan tasdiq ini gak akan pernah terjadi di kepala kita kecuali dengan melalui 4 proses tashawur,

Maksud nya kita gak akan bisa memperoleh tashdiq kecuali kita menjalankan proses tashawur terlebih dahulu,
Cara mendapatkan tashdiq menurut mushanif dan hukama’.

Yg pertama kita harus mengidrak/mentashawurkan satu persatu dari lafaz,
Contoh kalimat  : zaid berdiri,
Kita tashawurkan dulu maudhu’ / mubtada’ / kalimat zaid. Bagaimana cara melakukan tashawur pada kalimat zaid? Dengan cara mengidrak / memahami / mengerti / kalimat zaid, apa pengertian yg kita dapat dari kalimat zaid? Atau apa hasil dari tashawur pada kalimat zaid setelah kita tashawurkan? Maka hasil nya ialah, zaid ialah seseorang manusian berjenis lelaki yg diberi nama zaid.

Masuk ke tahap dua,
setelah kita mentashawurkan zaid / maudhu’ / mubtada’ , sekarang kita tashawurkan muhmul atau khabar / kalimat berdiri,
(sekilas info, didalam manthiq mubtada’ dinamakan maudhu’ dan khabar dinamakan muhmal)
Bagaimana cara mentashaurkan muhmal / khabar / kalimat berdiri? Sama seperti kita mentshaurkan kalimat zaid / maudhu’ / mubtada, ketika kita mentashawurkan kalimat berdiri maka kita dapat pemahaman bahwasnya nya berdiri ialah terjadi di mahkluq hidup dan kepala di atas kaki di bawah,
Setelah kita mentashawurkan maudu’ dan mahmul dan mendapatkan hasil nya, apa itu hasil nya?
Hasil dari mentshawur maudu’ : zaid ialah seseorang manusian berjenis lelaki yg diberi nama zaid.
Hasil dari mentshawur mahmul :  berdiri ialah terjadi di mahkluq hidup dan kepala di atas kaki di bawah,
Dua pemahaman di atas ialah hasil dari pada mentashawurkan tiap tiap per kalimat dari zaid dan berdiri,
Selesei sudah tashawur yg pertama dan kedua sekarang kita memasuki tahap yg ketiga dari tashawur,

Tahap ke tiga mengidrak  / memikirkan / mencari pemahaman nisbah/kesesuaian yg ada di antara maudhu’ dan mahmul, jika kita tidak bisa menemukan pemahaman/pengertian nisbah/kesesuaian antar  kalimat zaid dan berdiri maka kita akan gagal mencapai tashdiq,
di ulang kembali mentshawurkan nisbah di antara maudhu’ dan mahmul ialah memikirkan ataupun memahami hubungan / kesesuaian di antara kalimat zaid dan berdiri, kira kira berdiri itu sesuai gak untuk zaid? Jika kita menemukan hasil nya tidak, maka tashawur kita gagal!! Jika ia maka kita akan melanjutkan proses ke tahap selanjut nya yaitu mentshaurkan wuqu’/terjadi nisbah/kesesuaian/hubungan di antara maudhu’ dan mahmul,
pemahaman berdiri itu sesuai dengan zaid ataupun ada nisbah di antara kalimat zai dan berdiri,  contoh nisbah yg tashawur nya gagal seperti mentashawurkan nisbah / kesesuaian yg terjadi pada kata kata zaid api, di kata kata zaid api  terjadi kegagalan tashawur, karena antara zaid dan api tidak ada nisbah, tidak ada kesesuaian berbeda dengan kata kata zaid berapi,
mudah2han dapat difahami klo gak faham tanya sama thr org nya masih hidup, sama sama dikoreksi agar catatan ini jadi lebih baik.
tahap terakhir atau yg ke empat yaitu mentasdhiq kan atau mentashawurkan wuqu’ nisbah baina maudhu’ wa mahmul,

setelah 3 tahap di belakang sudah kitajalani sekarang kita masuk ke tahap terakhir dengan mentashawurkan wuqu’ nisbah, bagaimana cara mentashawurkan wuqu’ nisbah? Cara nya pemahaman maudhu’ yg sudah kita dapat tadi dan pemahaman mahmul yg sudah kita dpat tadi kita gabungkan hasil nya maka :

“ Hasil dari mentshawur maudu’ : zaid ialah seseorang manusian berjenis lelaki yg diberi nama zaid.
Hasil dari mentshawur mahmul :  berdiri ialah terjadi di mahkluq hidup dan kepala di atas kaki di bawah
seseorang manusian berjenis lelaki yg diberi nama zaid.
kepala di atas kaki di bawah ’’
inilah yg dinamakan tashdiq kita ambil pemahaman hasil dari mentashawurkan mahmul lalu kita letakkan kepada pemahaman yg kita miliki dari hasil mentashawurkan maudu’.

Contoh gagal dalam tashawur wuqu’ nisbah!
Seperti  menggambarkan pemahaman mengalir ke atas pemahaman dari kalimat zaid,
Ini gagal karena kalimat zaid mengalir, wuqu’ nisbah nya gagal bagaimana mungkin bisa seorang manusia berkelamin lelaki mengalir?

Beda mengalir dengan hanyut, perlu di ingatkan seseorang hanyut karena di bawa air, tapi mengalir bukan dibawa manusia, seorang manusia membawa air tidak dinamakan dengan hanyut ataupun mengalir.



Ini semua berdasarkan pendapat mushanif dan hukma’
Kalau kata imam tashdiq adalah ke empat tshawur tersebut, sedangkan hukama’ dan mushanif mengatakan tashawur yg pertama sampai yg ke 3 itu syarat untuk tashdiq yaitu mentashawur yg ke 4.


SELESAI
SEKIAN & TERIMAKASIH.
WASSALAM.

jika ada pertanyaan silahkan masuk ke groups : 
https://www.facebook.com/groups/debat.nahwu.shorof
atau kesini : https://www.facebook.com/muhammadthahirII
atau kesini : https://www.facebook.com/K.H.MUHAMMAD.BAKRY.LC
atau kesini  https://www.facebook.com/Pesantren.Darussalam.Pematang.Siantar.Sumut












Komentar

Postingan Populer